Oleh : Dr Achmad Satori Ismail
(Sumber: Republika Online, 8 Des 2005)
Waktu itu berlalu sangat cepat dan tidak akan kembali. Ia adalah harta milik manusia yang paling mahal. Waktu merupakan saat dan kesempatan untuk bekerja serta merupakan modal utama bagi manusia untuk beramal. Waktu bukanlah semahal emas atau uang seperti dikatakan orang Barat. Ia lebih mahal semua itu.
Waktu adalah kehidupan kita sendiri. Menyia-nyiakan waktu sama dengan membunuh diri secara perlahan. Bukankah kita ini hanyalah terdiri atas himpunan waktu. Bila waktunya habis, kita akan mati. Hasan Al Basri pernah mengatakan, ''Anda hanyalah himpunan hari-hari yang terbilang. Bila sebagian hari telah pergi, maka ia akan lenyap semuanya.''
Di antara sebab kekalahan dan kemunduran umat Islam saat ini adalah kurangnya menghargai waktu. Mengapa umat Islam terdahulu menggapai kemenangan di segala bidang kehidupan duniawi? Mereka sangat menjunjung tinggi nilai waktu. Mereka mengetahui bahwa menghargai waktu bagi Muslim merupakan kewajiban yang didasari akidah bahwa semua umur kita akan dihisab.
Agar kita tidak celaka saat dihisab, kita harus membagi waktu sesuai arahan "Orang yang berakal hendaknya membagi waktunya menjadi empat. Waktu untuk bermunajat kepada Rabb-nya, waktu untuk melakukan muhasabah (introspeksi), waktu untuk merenungi ciptaan Allah SWT, serta waktu untuk keperluan makan dan minum."
Berdasar hadis tersebut, setiap Muslim yang ingin menyiapkan diri menghadapi hisab, wajib membagi waktunya dalam empat hal. Pertama, waktu untuk bermunajat. Saat munajat, kita harus senantiasa meneliti kembali apakah yang kita lakukan ikhlas karena Allah SWT atau tidak.
Kedua, waktu untuk muhasabah. Setiap selesai berbuat sesuatu atau minimal saat menjelang tidur, sebaiknya kita melakukan muhasabah. Apakah kita sudah melaksanakan semua kewajiban? Apakah pelaksanaan kewajiban itu sudah sempurna sesuai syarat dan rukunnya? Apakah semua pekerjaan dan amal ibadah kita dilakukan dengan ikhlas?
Ketiga, waktu untuk merenungi semua ciptaan Allah SWT. Renungan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan keimanan kita. Dengan memikirkan dan merenungi diri dan semua ciptaan Allah SWT, kita akan lebih mengetahui kekuasaan Allah SWT dan keagungan-Nya.
Keempat, waktu untuk memenuhi kebutuhan duniawi seperti untuk mencari nafkah, makan, minum, dan mengurusi keluarga. Kita adalah makhluk yang terdiri atas unsur materi dan rohani dengan komposisi yang seimbang. Unsur rohani memerlukan makanan dari apa yang diturunkan Allah SWT berupa agama-Nya. Sedangkan unsur materi berasal dari tanah, air, juga udara, maka ia memerlukan makanan dan minuman yang semuanya berasal dari saripati tanah.
Muslim yang hakiki hendaknya membagi waktunya secara proporsional untuk empat hal tersebut agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kita tidak boleh tenggelam dalam ibadah mahdhah saja dengan mengesampingkan yang lainnya.
---
No comments:
Post a Comment