Sunday, May 22, 2005

Suatu Hari pada Awal Abad Lima Belas

Subuh sampai Magrib,
Suatu Hari pada Awal Abad Lima Belas

Taufik Ismail


Matahari bagai berenang, nyaris tenggelam
menjelang malam
di suatu tumpak di lautan, di barat sana
bagai terompah kuda yang pijar
dicelup di ember apar
kurasakan percikan panas dan denyar
ketika bola api itu sepenuhnya tenggelam


Abad lima belas!

Langit menawarkan garis-garis cahaya
Engkau mungkin, seperti jamaknya, cuma menduga-duga
Mungkin ada pelangi seperempat lingkaran
dan sekawanan unggas beterbangan di bawahnya
Mungkin ada langit biru bersih
dan bertabur gugus awan
bentuknya seperti tabel statistika
Mungkin ada pergeseran angin menyimpan rencana
dan deretan badai berlatih
kini terdengar siulnya
Mungkin tak ada kemungkinan lain
kecuali fajar yang pecah
bertebaran bagai merjan
merjan bagai permata
permata bagai cahaya
cahaya di atas cahaya
cahaya yang mengelupaskan kita dari kelam
cahaya yang menggasak kelam habis-habisan

Abad lima belas!

Subuh itu beratus juta orang berwudhu
dengan air dan cuaca belahan dunia utara
dengan air dan cuaca bumi tropika
dengan air dan cuaca belahan selatan
Inikah subuh pertama abad lima belas
Dengarlah ratusan juta tangan
berdesir mengisyaratkan takbir
Dengarlah ratusan juta pernafasan
melafazkan ikrar
Dengarlah ratusan juta kening
menggesek bumi
Dengarlah ratusan juta manusia
membaca doa
Dan doa itu seluruhnya akan dikabulkanNya
akan dikabulkanNya
Seperti akan terkabulnya
terbit fajar sesudah subuh pertama
subuh pertama abad lima belas
Maka kini tersingkaplah jam awal di hari awal
Alhamdulillah
Beratus juta kita bertebaran di muka bumi
Ada yang melata, ada yang beringsut
ada yang merangkak, ada yang berlari
ada yang berkendara
Ada yang searah, ada yang menyilang
ada yang melayang
ada yang tertindih, ada yang pipih
Beratus juta kita bertebaran di muka bumi pagi ini
Mesin mendesing, debu berkepulan
dan waktu melesat kencang
Udara berpindah cepat dan bertukar nama jadi angin
Angin melaju kencang dan berganti nama jadi badai
Cuaca mendaki dan menurun mengubah suasana
Sementara kita mencoba merumuskan
dan merumuskan kembali
Makna dan cara jadi khalifah di atas bumi


Sementara ketaqwaan beratus juta
senantiasa diuji dan dicoba
Sementara tauhid beratus juta
selalu diintai dan disergap
di setiap tikungan jalan
Tak henti-hentinya
Tak habis-habisnya

Dengarlah kini panggilan yang diserukan itu
semerdu-merdu panggilan
Dari garis lintang barat sampai garis lintang timur
Saling jawab-menjawab, tak habis bersahutan
sepanjang hari
Dan alhamdulillah, ratusan juta
menggesekkan kening mereka ke bumi
Menaruh seperangkat persediaan tulang
di atas hamparan sajadah
Sajadah alangkah panjangnya terbentang
Dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan
beratus juta buaian
beratus juta kuburan

Abad lima belas!

Abad yang makin dekat ke hari akhirat
Abad yang menagih tugas khilafah yang semakin berat
Abad yang minta warna ketaqwaan yang semakin pekat
Abad yang rindu tak terkata pada nama Muhammad

Pada suatu sore di hari ini
Ketika matahari tampak dan hilang
di antara pelepah dan gugus daunan
Kersik beterbangan, debu menyapu jalanan
menembus deret pepohonan
Aku tengadah menyidik cuaca dan langit atas sana
Beberapa gugus awan, bagai kapas cabik-cabik
tergantung beraturan
Ada sekumpulan unggas, putih badan dan sayapnya
Terbang ke arah kiblat dalam formasi segi tiga

--

No comments: