Friday, January 7, 2005

Aceh: Mengapa Harus Dihukum?

(Sumber: Republika online, Selasa, 04 Januari 2005)

Aceh: Mengapa Harus Dihukum?

Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Aceh, bumimu
mengandung kekayaan
minyak, emas, tembaga, kayu, dan mungkin yang lain.
Sebagian telah dikuras
untuk engkau berikan kepada Indonesia
secara paksa atau suka rela.
Sementara engkau sendiri
menderita dan menjerit,
sampai hari ini.


Aceh,
dari sisi sejarah,
engkau adalah bumi pahlawan,
laki-laki dan perempuan.
Mereka telah menyerahkan segala yang terbaik
untuk membela kehormatan dan martabat manusia,
sebagai wujud dari harga diri
untuk melawan si kafe dan kezaliman.

Aceh,
juga dari sisi sejarah,
engkau adalah wilayah
yang tersingkat dijajah Belanda.
Perang Aceh
berakhir pada 1912.
Sejak saat itulah engkau resmi dijajah,
tapi hanya 30 tahun.
Pada 1942 si kafe pontang-panting dihalau Jepang,
tanahmu lepas dari Belanda.

Aceh,
di masa revolusi kemerdekaan,
engkau kembali menunjukkan keperkasaanmu,
kerena engkau pantang dijajah,
Belanda sangat takut kepadamu.
Engkau bela republik dengan darah,
engkau sumbang Indonesia dengan harta
untuk beli pesawat,
demi kemerdekaan
yang telah engkau perjuangkan
dalam rentang waktu berbilang musim.

Aceh,
pada tahun 1950-an,
engkau berontak
karena merasa dilecehkan Jakarta.
Perang saudara berlangsung
selama beberapa tahun,
dengan meninggalkan korban dan dendam,
untuk kemudian berdamai.
Tapi tidak bertahan lama,
engkau kembali melawan,
dengan sisa-sisa kekuatanmu yang terpecah dan terbelah.
Sebagian besar rakyatmu
ingin tetap bersama Indonesia,
karena engkau turut mendirikannya,
sekalipun engkau telah dianiaya.

Aceh,
perang saudara belum usai,
luka-luka tubuhmu
masih memancarkan darah segar.
Tanpa dinyana, tanpa ada tanda-tanda,
alam tiba-tiba mengamuk dengan garang.
Akibat gesekan lempeng bumi,
lahirlah gempa dan tsunami
yang meluluhlantakkan tubuh dan jiwamu,
sebagian wilayahmu menjadi rata dengan bumi.
Sekitar 200.000 rakyatmu menjadi mayat
sebagai syuhada',
berserakan di mana-mana,
akibat kemurkaan alam.
Indonesia meratap tanpa air mata,
karena sudah kering.
Dunia berduka dan terluka,
perih sekali!
Sebuah pertanyaan
tetap saja terjawab:
mengapa Aceh harus dihukum?
Bukankah ia telah berkorban dan berkorban
untuk kepentingan Indonesia?
Sebuah rahasia
yang belum dibukakan Langit
kepada kita semua.
Allahu a'lam!

Yogyakarta, 1 Januari 2005


No comments: