Oleh: KH Abdullah Syukri Zarkasyi
Dalam setiap kegiatan yang kita lakukan, kita harus menetapkan tujuan. Dengan tujuan yang jelas, kita dapat mengarahkan pekerjaan kita untuk mencapainya. Demikian pula dengan puasa yang kita lakukan. Kita harus mempunyai tujuan untuk apa kita berpuasa. Kita harus mengetahui dan menyadari tujuan puasa kita, agar puasa kita itu benar dan terarah serta dapat sampai kepada tujuan yang hendak kita capai.
Mengenai tujuan puasa, Allah SWT telah menetapkan bahwa puasa itu disyariatkan-Nya agar kita menjadi orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.'' (QS Al Baqarah:183).
Takwa bermakna takut, yaitu takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT itu diejawantahkan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT adalah indikator perilaku yang dapat diamati dari seseorang yang bertakwa.
Ini merupakan perwujudan lahir dari ketakwaan seseorang. Tetapi, melihat yang tampak saja tidaklah cukup. Sebab letak takwa itu bukanlah sekadar pada pekerjaan yang tampak secara lahir. Rasulullah SAW bersabda, ''Takwa itu di sini, takwa itu di sini, dua kali atau tiga kali, sambil beliau menunjuk dengan tangan beliau ke arah dadanya.'' (HR Ahmad).
Takwa itu pangkalnya di hati yang selalu ingat Allah SWT. Inti dari ketakwaan adalah selalu ingat Allah SWT. Yakni suatu kesadaran yang mendalam pada diri kita bahwa Allah SWT selalu hadir dalam kehidupan kita; suatu kesadaran mengenai ke-Mahahadir-an Allah SWT dalam segala ruang dan waktu; suatu kesadaran bahwa Allah SWT senantiasa bersama kita. Allah SWT telah berfirman, ''Dan Dia bersamamu di mana pun kamu berada. Dan Allah Maha Mengetahui tentang segala sesuatu yang engkau kerjakan.'' (QS Al Hadid:4).
Kesadaran Ilahi semacam ini dalam agama kita disebut juga dengan istilah ihsan. Mengenai makna ihsan, Rasulullah SAW telah bersabda, ''Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.'' (HR Bukhari).
Sikap ihsan ini akan menjadikan seseorang senantiasa berbuat baik, selalu melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT, dan selalu melakukan sesuatu yang diridhai Allah SWT. Dengan menyadari akan kehadiran Allah SWT dan kebersamaan dengan-Nya kapan pun dan di mana pun, seseorang akan senantiasa menghindari perbuatan jahat, menghindari perbuatan tercela, menjauhi segala larangan-Nya, juga menjauhi perbuatan yang dapat mendatangkan murka-Nya.
Berangkat dari kesadaran ke-Tuhan-an yang terhunjam di dalam kalbu, akan memancar sifat-sifat mulia dan terpuji pada perilaku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Jika individu-individu dalam masyarakat memiliki sikap dan perilaku yang demikian, maka akan tercipta suatu kehidupan masyarakat ideal yang bermoral dan beradab. Inilah gambaran sebuah masyarakat yang dibangun di atas fondasi takwa kepada Allah SWT. Dan, salah satu sarana untuk mewujudkannya adalah melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan.
(Sumber: Republika Online, 10 Okt 2005)
No comments:
Post a Comment